Selasa, 22 Januari 2013

Mengapa PEP GUARDIOLA memilih BAYERN MUNCHEN ?



TO



Josep Guardiola, salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini, turun gunung setelah mengasingkan diri dari dunia sepak bola selama setahun. Tak perlu menunggu lama, gebrakan pun langsung dibuat mantan pelatih Barcelona itu dengan memilih Bayern Munchen, di tengah santernya isu dirinya berlabuh ke Liga Primer Inggris.

Guardiola, yang mengakui amat tertarik berkarir di Inggris, akan mulai beraksi di Bundesliga Jerman mulai musim depan
.
Manchester United, Manchester City, Chelsea hingga Arsenal disebut-sebut sebagai tujuan Guardiola, setelah sukses meraih 14 gelar selama empat musim bersama Barcelona, termasuk tiga gelar La Liga dan dua gelar Liga Champions, namun sang pelatih justru memilih tantangan baru di Jerman.

Tak ada klub yang cocok di Inggris

Sejatinya, dari empat klub Inggris yang santer dikabarkan bakal menjadi tujuan Guardiola, hanya Manchester United dan Arsenal saja yang cocok dengan karakter pelatih berusia 42 tahun tersebut.
Sebagai pribadi yang dibentuk lewat akademi pemain muda Barcelona, La Masia, dan menghabiskan sebagian besar karirnya bersama Barca, baik sebagai pemain dan pelatih, nilai-nilai yang ditanamkan klub asal Katalunya itu sudah pasti mengakar dalam diri Guardiola, yakni kerendahan hati dan respek terhadap orang lain dan nilai-nilai kehidupan.

Sebagai pelatih, Pep adalah sosok yang amat menghargai proses serta pengembangan pemain-pemain muda.

“Saya pikir dua kualitas terpenting untuk anak-anak (La Masia) adalah kepemimpinan dan kesederhanaan. Anak-anak ini mungkin terpilih sebagai pemain Barca, tetapi yang membuat Anda kagum adalah kesederhanannya. Kami tak mau mereka sesumbar mengenai harta yang mereka punya,” ujar direktur La Masia Carles Folguera, soal pembentukan karakter siswanya.

Ini bukan sekedar kalimat pemanis. Tak pernah Lionel Messi diberitakan berfoya-foya di klab malam, atau Andres Iniesta pamer mobil mewahnya, atau pemain-pemain lain kedapatan bersama wanita penghibur.

Di Manchester City, klub seolah tak peduli dengan kehidupan pribadi para pemainnya. Sosok Mario Balotelli punya semua karakter yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Blaugrana, namun tak ada sanksi tegas dari manajemen maupun sang pelatih.

City juga dipandang sebagai klub yang hanya mengandalkan uang. Tak pikir panjang membeli pemain yang diinginkan, berapapun harganya, dan jarang memberi kesempatan kepada pemain muda. Padahal di Barca, Guardiola secara rutin memberi kesempatan kepada pemain-pemain muda untuk merasakan persaingan di tim senior.

Chelsea identik dengan City. The Blues bahkan terkesan tidak menghargai proses dan ingin segala sesuatunya serba instan. Sekali saja terpeleset, maka pelatih bakal dipecat. Sudah sembilan pergantian pelatih terjadi di Chelsea sejak dibeli Roman Abramovich pada 2003.

Dengan demikian, MU dan Arsenal adalah klub tersisa di Inggris yang cocok diperkuat pelatih sekaliber Guardiola. Sayangnya, dua pelatih di kedua klub tersebut, Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger, nyaris tak mungkin digantikan, kecuali mereka sendiri yang mengundurkan diri. Pep Guardiola juga menegaskan bahwa ia tidak ingin mengisi posisi yang masih ditempati orang lain.

“Tidak etis membicarakan klub yang masih punya pelatih,” kata Guardiola saat kepindahannya ke Munchen belum diumumkan.

Salah satu klub tersebut mungkin bakal dilatih Guardiola di masa mendatang, namun yang pasti tidak dalam waktu dekat ini.

Klop dengan Munchen

Banyak yang mempertanyakan mengapa pelatih fenomenal tersebut menjatuhkan pilihannya pada Die Roten. Bundesliga kerap dianggap sebagai liga kelas dua. Pamornya juga di bawah Liga Primer Inggris. Di Liga Champions pun favorit juara lebih banyak datang dari Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol maupun Seri A Italia.

Namun bukan Guardiola namanya jika keputusannya hanya didasarkan pada gengsi semata. Rupanya, Bayern Munchen menjanjikan idealisme yang sama dengan Guardiola. Kebetulan pula, pelatih Die Roten saat ini, Jupp Heynckes, memutuskan pensiun pada akhir musim 2012-13.

“Saya yakin Pep sangat berhati-hati dalam mempertimbangkan beberapa tawaran yang datang. Tapi, kunci keberhasilan kami meyakinkannya adalah tradisi, keseriusan dalam membangun proyek sepak bola yang merupakan fondasi utama,” ujar CEO Bayern Munchen, Karl-Heinz Rummenigge.

Rummenigge tak bohong. Tulang punggung tim Munchen saat ini adalah pemain-pemain yang diorbitkan dari tim muda, seperti sang kapten, Philip Lahm dan wakilnya, Bastian Schweinsteiger. Masih ada pula Diego Contento, Thomas Muller, Holger Badstuber, David Alaba hingga Toni Kroos. Munchen juga tengah mempromosikan pemain U-20 seperti Emre Can dan Patrick Weihrauch.

Dari segi kualitas tim pun, Munchen juga punya kualitas untuk bersaing dengan raksasa-raksasa Eropa lainnya dari Inggris, Spanyol maupun Italia. Musim ini, mereka berhasil lolos dari fase grup dengan status juara grup. Pada putaran 16 besar, Munchen akan menghadapi Arsenal.

Guardiola juga punya kedekatan historis dengan Munchen lewat Louis van Gaal. Pelatih asal Belanda itu adalah salah satu pelatih yang meneruskan dan mengembangkan tradisi tiki taka di Barcelona, yang sejatinya berakar dari total football Belanda.

Van Gaal meninggalkan Barca pada 2003 kemudian melatih Munchen pada 2009 dan membawa serta prinsip permainannya, yang hingga kini dipertahankan Die Roten. Seperti Barca, Munchen memainkan pola permainan terbuka, menyerang dengan satu penyerang tengah dan dua penyerang sayap.

Kecemerlangan Guardiola di Barca banyak menuai pujian, namun tak sedikit pula yang meragukan kemampuan pelatih muda itu. Pasalnya, di Barcelona, Guardiola menangani tim yang sudah matang dengan pemain-pemain bintang seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez maupun Andres Iniesta.

Keraguan tersebut menjadi tantangan utama bagi Guardiola di lembaran baru karirnya bersama Bayern Munchen. Mampukah pria pemilik nama lengkap Josep Guardiola i Sala itu mengatasinya?

Kita tunggu saja di akhir musim depan.

Inilah Alasan Valentino Rossi kembali kepada Yamaha



TO




INDIANAPOLIS, Kompas.com - Valentino Rossi sudah berkali-kali mengungkapkan kekecewaannya terhadap Ducati, yang tak kunjung kompetitif, sehingga dia gagal meraih kesuksesan. Puncak dari kekesalannya, juara dunia tujuh kali MotoGP ini akhirnya memutuskan untuk kembali bergabung dengan Yamaha pada musim 2013 nanti.

Bagi Rossi, 27 balapan dan hanya dua kali naik podium tanpa sekalipun meraih kemenangan, merupakan pencapaian yang sangat buruk sepanjang kariernya di arena balap motor. Tak ingin terus terpuruk, "The Doctor" membuat keputusan untuk meninggalkan Ducati.

Pernyataan resmi yang mengonfirmasi hal tersebut, baik dari Ducati maupun Yamaha, sudah dilontarkan akhir pekan lalu. Rossi sudah sepakat untuk menandatangani kontrak berdurasi dua tahun dengan tim Jepang tersebut.

Rossi sendiri telah memberitahukan kepada publik mengenai kekecewaannya terhadap Ducati, sehingga memilih pindah ke Yamaha, meskipun hanya melalui Twitter. Kini, pebalap Italia tersebut untuk pertama kalinya berbicara secara langsung pada Kamis (16/8/2012), jelang GP Indianapolis akhir pekan ini.

"Setelah Laguna dan liburan musim panas, saya memiliki cukup waktu untuk berpikir lebih dalam lagi mengenai masa depanku," ujar Rossi mengawali pembicaraannya. "Anda tahu, ini cukup disayangkan bagiku dan Ducati dan semua fans, terutama bagi semua yang bekerja bersamaku dalam proyek ini, karena saya ingin berusaha menjadi kompetitif.

"Pebalap Italia dengan motor Italia, tetapi sayang, tidak terjadi. Dua musim ini sangat sulit, dan kami sangat kesulitan. Sayang sekali, kami tidak mampu meningkatkan kecepatan, performa, dan bertarung untuk posisi yang bagus, untuk posisi depan.

"Jadi, saya membuat keputusan untuk sejumlah alasan ini, dan pilihanku ini (Yamaha) karena saya berusaha memahami yang mana motor terbaik, yang lebih kompetitif untuk dua tahun ke depan, yang mungkin sampai akhir karierku, atau merupakan bagian terakhir, dan inilah pilihannya.

"Ini sangat disayangkan. Saya sangat sedih, juga, karena di Ducati saya menemukan banyak orang baik. Kami mengalami waktu yang menyenangkan secara bersama-sama. Kami berusaha semaksimal mungkin, tetapi kami tak mampu meraih hasil bagus. Jadi, inilah yang menjadi perbedaan."

Rossi tak menampil jika dikatakan bahwa keputusannya bergabung dengan Ducati menjadi pengalaman paling buruk. Diakuinya, selama dua musim bersama tim yang bermarkas di Bologna tersebut, dia mengalami kesulitan yang sangat besar.

"Saya tidak bisa mengatakan tidak. Maksudku, anda bisa menggunakan kata apapun yang anda lebih suka. Sangat, sangat sulit. Tak benar bahwa kami tidak berusaha. Kami berusaha secara maksimal. Tetapi, saya tidak pernah bisa cepat dengan Ducati, dan ini merupakan hal yang sangat disayangkan, hal yang sangat buruk, terutama bagiku dan timku."

Peraih sembilan gelar juara dunia grand prix ini pun menolak kesan imajinatif bahwa beberapa kesulitannya di Ducati disebabkan oleh kurangnya pengembangan secara teknis oleh mantan pebalap -- dan satu-satunya juara dunia bersama Ducati -- Casey Stoner.

"Saya tidak pernah mengatakan ini," tegas Rossi.

Malahan, Rossi memberikan indikasi bahwa hanya "masalah" Stoner yang membuat Desmosedici tampak lebih baik dibandingkan sekarang. Jadi, masalah itu justru hal yang positif, yakni bahwa Stoner sangat cepat dengan motor ini, sehingga dia membuat keputusan untuk bergabung pada akhir musim 2010.

"Tetapi, anda tahu, realitanya adalah saya tidak pernah cepat dengan motor ini dari pertama kali tes hingga sekarang. Sayangnya, bersama dengan Ducati kami tidak bisa memperbaiki motor dan mengatasi masalah yang dialami."

Lantas, apakah dengan keputusannya pindah ke Yamaha ini Rossi bakal kembali menjadi juara dunia? Pebalap yang sukses merengkuh 105 kemenangan sejak debutnya di kelas 125 cc pada 1996 ini tak menjawabnya secara pasti.

"Saya tidak tahu. Banyak orang mengatakan bahwa dalam momen yang sulit, dalam momen yang buruk, orang menjadi lebih kuat. Jadi, saya harap demikian," ujarnya.

"Sudah sangat lama saya berada di sini untuk bertarung, tetapi sayang, saya tidak menang. Tetapi mengenai diriku sendiri, bagiku, tak ada yang banyak berubah."

Mengenai kariernya di MotoGP, Rossi mengakui semuanya tergantung kepada hasil yang diraih bersama Yamaha. Tetapi ada kemungkinan mantan pebalap Honda ini beralih ke World Superbike, demi memburu rekor pebalap yang sukses menjadi juara di kelas premier dan WSBK. Sampai sekarang, belum ada pebalap yang sukses membuat sejarah itu - juara di 500cc/MotoGP dan WSBK.

"Masa depanku akan banyak tergantung kepada hasil dua musim mendatang. Karena, saya ingin bertahan lebih dari dua musim di MotoGP, tetapi itu tergantung seberapa besar kekuatanku dan kecepatanku dengan M1.

"Dan memiliki kesempatan di masa mendatang untuk Superbike, ya, saya selalu mengatakannya. Tetapi masih terlalu dini mengatakannya, karena saya berharap menjadi lebih cepat, kompetitif, menikmatinya dan bertahan di MotoGP lebih dari dua musim."

Rossi saat ini terpuruk di peringkat kedelapan klasemen sementara kejuaraan 2012. Dia masih memiliki delapan seri tersisa untuk berusaha meraih kemenangan pertama bersama Ducati, sebelum bergabung dengan Yamaha. Karena itu, Rossi berjanji akan tetap berusaha maksimal.

"Ini merupakan sebuah periode yang penting karena Brno merupakan trek yang bagus (bagi kami), dan setelah Brno, kami akan menghadapi sejumlah tes penting di Misano. Kami harus mencoba untuk memperbaiki kecepatan kami pada sisa seri ini karena delapan seri merupakan perjalanan panjang," ujarnya.

Mengenai tim mekanik yang dipimpin Jerry Burgess, Rossi memberikan konfirmasi bahwa mereka juga bakal ikut dengannya ke Yamaha. Burgess plus Bernard Anciau, Alex Briggs, dan Gary Coleman selalu ikut Rossi, mulai dari ketika meninggalkan Honda untuk pindah ke Yamaha pada 2004, lalu bergabung dengan Ducati pada 2011.

"Saya pikir para kru-ku akan bersamaku. Kurang lebih orang-orang yang sama, yang datang denganku dari Yamaha ke Ducati. Tetapi ini belum diputuskan 100 persen. Saya pikir kami masih harus menyelesaikan sejumlah kontrak."

Rossi sudah sepakat menandatangani kontrak berdurasi dua tahun dengan Yamaha. Di tim "Garpu Tala" ini, pemilik nomor 46 tersebut akan menjadi tandem pemimpin klasemen sementara musim 2012, Jorge Lorenzo, yang juga pernah menjadi rekan setimnya dari 2008 hingga 2010.

SI (Sekedar Informasi) Software untuk Game berat

Main game masih patah - patah? Masih bingung software apa saja yang dibutuhkan untuk membantu kinerja processor anda? Mari kita ulas software apa saja yang dibutuhkan untuk menjadikan game yang tadinya terlihat berat menjadi lebih ringan bagi LAPTOP atau PC dengan SPEC RENDAH !!

1. GAME BOOSTER

Kebanyakan dari kita sudah mengetahui apa itu GAME BOOSTER. Bagi yang belum mengetahuinya mari kita bahas bersama-sama sesuai kepercayaan dan pegangan masing-masing haha :D bercanda broooo !!! 

Game Booster ini merupakan aplikasi yang berfungsi untuk menonaktifkan aplikasi-aplikasi yang tidak dibutuhkan saat kita memainkan game tersebut, dan secara tidak langsung kinerja dari processor anda akan lebih ringan.
download : http://adf.ly/CjU0l | pass : hienzo.com

2. IOBIT System Care


Tak ketinggalan pula Software buatan dari Iobit selain game booster, yaitu Iobit system care, yang memiliki kemampuan untuk merawat sistem komputer anda mulai dari bersih - bersih file sampah hingga urusan registry bisa ditangani, dan tak ketinggalan pula Mode Active Boost dalam Iobit System Care Yang Menjadikan Sistem PC anda berjalan lebih Ringan.

3. CACHE BOOST

Software yang satu ini memiliki fungsi agar cache yang ada dapat dioptimalkan dengan baik dan software yang satu ini cukup baik digunakan untuk penunjang Game anda.

sekian dari saya hanya SI (Sekedar Informasi) :) see you next time