TO
Josep Guardiola, salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini, turun gunung setelah mengasingkan diri dari dunia sepak bola selama setahun. Tak perlu menunggu lama, gebrakan pun langsung dibuat mantan pelatih Barcelona itu dengan memilih Bayern Munchen, di tengah santernya isu dirinya berlabuh ke Liga Primer Inggris.
Guardiola, yang mengakui amat tertarik berkarir di Inggris, akan mulai beraksi di Bundesliga Jerman mulai musim depan
.
Manchester United, Manchester City, Chelsea hingga Arsenal disebut-sebut sebagai tujuan Guardiola, setelah sukses meraih 14 gelar selama empat musim bersama Barcelona, termasuk tiga gelar La Liga dan dua gelar Liga Champions, namun sang pelatih justru memilih tantangan baru di Jerman.
Tak ada klub yang cocok di Inggris
Sejatinya, dari empat klub Inggris yang santer dikabarkan bakal menjadi tujuan Guardiola, hanya Manchester United dan Arsenal saja yang cocok dengan karakter pelatih berusia 42 tahun tersebut.
Sebagai pribadi yang dibentuk lewat akademi pemain muda Barcelona, La Masia, dan menghabiskan sebagian besar karirnya bersama Barca, baik sebagai pemain dan pelatih, nilai-nilai yang ditanamkan klub asal Katalunya itu sudah pasti mengakar dalam diri Guardiola, yakni kerendahan hati dan respek terhadap orang lain dan nilai-nilai kehidupan.
Sebagai pelatih, Pep adalah sosok yang amat menghargai proses serta pengembangan pemain-pemain muda.
“Saya pikir dua kualitas terpenting untuk anak-anak (La Masia) adalah kepemimpinan dan kesederhanaan. Anak-anak ini mungkin terpilih sebagai pemain Barca, tetapi yang membuat Anda kagum adalah kesederhanannya. Kami tak mau mereka sesumbar mengenai harta yang mereka punya,” ujar direktur La Masia Carles Folguera, soal pembentukan karakter siswanya.
Ini bukan sekedar kalimat pemanis. Tak pernah Lionel Messi diberitakan berfoya-foya di klab malam, atau Andres Iniesta pamer mobil mewahnya, atau pemain-pemain lain kedapatan bersama wanita penghibur.
Di Manchester City, klub seolah tak peduli dengan kehidupan pribadi para pemainnya. Sosok Mario Balotelli punya semua karakter yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Blaugrana, namun tak ada sanksi tegas dari manajemen maupun sang pelatih.
City juga dipandang sebagai klub yang hanya mengandalkan uang. Tak pikir panjang membeli pemain yang diinginkan, berapapun harganya, dan jarang memberi kesempatan kepada pemain muda. Padahal di Barca, Guardiola secara rutin memberi kesempatan kepada pemain-pemain muda untuk merasakan persaingan di tim senior.
Chelsea identik dengan City. The Blues bahkan terkesan tidak menghargai proses dan ingin segala sesuatunya serba instan. Sekali saja terpeleset, maka pelatih bakal dipecat. Sudah sembilan pergantian pelatih terjadi di Chelsea sejak dibeli Roman Abramovich pada 2003.
Dengan demikian, MU dan Arsenal adalah klub tersisa di Inggris yang cocok diperkuat pelatih sekaliber Guardiola. Sayangnya, dua pelatih di kedua klub tersebut, Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger, nyaris tak mungkin digantikan, kecuali mereka sendiri yang mengundurkan diri. Pep Guardiola juga menegaskan bahwa ia tidak ingin mengisi posisi yang masih ditempati orang lain.
“Tidak etis membicarakan klub yang masih punya pelatih,” kata Guardiola saat kepindahannya ke Munchen belum diumumkan.
Salah satu klub tersebut mungkin bakal dilatih Guardiola di masa mendatang, namun yang pasti tidak dalam waktu dekat ini.
Klop dengan Munchen
Banyak yang mempertanyakan mengapa pelatih fenomenal tersebut menjatuhkan pilihannya pada Die Roten. Bundesliga kerap dianggap sebagai liga kelas dua. Pamornya juga di bawah Liga Primer Inggris. Di Liga Champions pun favorit juara lebih banyak datang dari Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol maupun Seri A Italia.
Namun bukan Guardiola namanya jika keputusannya hanya didasarkan pada gengsi semata. Rupanya, Bayern Munchen menjanjikan idealisme yang sama dengan Guardiola. Kebetulan pula, pelatih Die Roten saat ini, Jupp Heynckes, memutuskan pensiun pada akhir musim 2012-13.
“Saya yakin Pep sangat berhati-hati dalam mempertimbangkan beberapa tawaran yang datang. Tapi, kunci keberhasilan kami meyakinkannya adalah tradisi, keseriusan dalam membangun proyek sepak bola yang merupakan fondasi utama,” ujar CEO Bayern Munchen, Karl-Heinz Rummenigge.
Rummenigge tak bohong. Tulang punggung tim Munchen saat ini adalah pemain-pemain yang diorbitkan dari tim muda, seperti sang kapten, Philip Lahm dan wakilnya, Bastian Schweinsteiger. Masih ada pula Diego Contento, Thomas Muller, Holger Badstuber, David Alaba hingga Toni Kroos. Munchen juga tengah mempromosikan pemain U-20 seperti Emre Can dan Patrick Weihrauch.
Dari segi kualitas tim pun, Munchen juga punya kualitas untuk bersaing dengan raksasa-raksasa Eropa lainnya dari Inggris, Spanyol maupun Italia. Musim ini, mereka berhasil lolos dari fase grup dengan status juara grup. Pada putaran 16 besar, Munchen akan menghadapi Arsenal.
Guardiola juga punya kedekatan historis dengan Munchen lewat Louis van Gaal. Pelatih asal Belanda itu adalah salah satu pelatih yang meneruskan dan mengembangkan tradisi tiki taka di Barcelona, yang sejatinya berakar dari total football Belanda.
Van Gaal meninggalkan Barca pada 2003 kemudian melatih Munchen pada 2009 dan membawa serta prinsip permainannya, yang hingga kini dipertahankan Die Roten. Seperti Barca, Munchen memainkan pola permainan terbuka, menyerang dengan satu penyerang tengah dan dua penyerang sayap.
Kecemerlangan Guardiola di Barca banyak menuai pujian, namun tak sedikit pula yang meragukan kemampuan pelatih muda itu. Pasalnya, di Barcelona, Guardiola menangani tim yang sudah matang dengan pemain-pemain bintang seperti Lionel Messi, Xavi Hernandez maupun Andres Iniesta.
Keraguan tersebut menjadi tantangan utama bagi Guardiola di lembaran baru karirnya bersama Bayern Munchen. Mampukah pria pemilik nama lengkap Josep Guardiola i Sala itu mengatasinya?
Kita tunggu saja di akhir musim depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar